Text
NAWA(R) CITA
Politik hakikatnya adalah transaksi, tawar-menawar dan sering juga “tipu menipu”. JKW masuk dalam kondisi yang tak terelakkan ini. Presiden, dalam demokrasi yang menegaskan adanya pembagian kekuasaan, harus menghadapi kenyataan tidak mudah membuat keputusan. Perimbangan kekuatan politik yang nyata harus dipertimbangkan betul agar tetap bisa duduk pada kursi kuasa. JKW berada dalam pusaran pertarungan yang keras karena di parlemen kekuatan pendukungnya bukanlah pemilik suara mayoritas. Tawar-menawar menjadi suatu keniscayaan. Nawa Cita karena itu menjadi Nawa(r) cita.
Rasanya gaya tawar menawar dalam transaksi kuasa berdasar kepentingan merupakan keniscayaan dalam politik kita. Sejak dulu memang begitu. Namun, kali ini mungkin sangat berbeda. Belum pernah terjadi sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden Indonesia adalah pedagang atau pengusaha. Baru kali ini. Jadi, sangat tidak mengherankan bila model transaksi atau tawar menawar menjadi sangat kental.
Tidak tersedia versi lain