Text
Komunikasi Antarbudaya Upaya Membangun Sikap Egaliter dan Harmoni Sosial pada Masyarakat Multikultur
Tradisi Saling merupakan bentuk nyata sikap toleransi masyarakat etnis Bali beragama Hindu dan masyarakat etnis Sasak beragama Islam dalam menjalani kehidupan di tengah lingkungan sosial yang pluralis. Tradisi Saling telah melekat dalam kehidupan masyarakat tersebut bahkan telah menjadi identitas atau kepribadian yang dibanggakan, sebab tradisi Saling telah berhasil melahirkan harmoni sosial dalam kehidupan masyarakat multikultur.
Sikap saling mengapresiasi antara sistem budaya subkultur satu sama lain dalam tradisi Saling telah melahirkan konsep simbolik egaliter sebagai salah satu konsep simbolik pemersatu dalam interaksi sosial antaretnis dan agama. Pemahaman pada konsep egaliter dalam masyarakat multikultur sangat penting karena menyoal tentang nilai kemanusiaan. Salah satu masalah kemanusiaan paling krusial ialah tentang penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia secara adil dan sederajat, sehingga sikap dan nilai egaliter layak diperjuangkan dalam konteks masyarakat multikultur. Kehadiran tradisi Saling telah menjadi medium dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Keberhasilan setiap etnik budaya dan antarpemeluk agama untuk hidup berdampingan dalam perbedaan-perbedaan kulturalnya merupakan fakta lain yang harus dipertimbangkan dan tanpa menafikan potensi konflik yang ada pada masyarakat heterogen. Bukan konflik yang menjadi isu penting dalam hubungan antaretnik dan agama, tetapi juga basis akomodasi kultur sosial yang memungkinkan harmoni sosial bisa tercipta. Tak hanya itu, jika pluralisme budaya bisa dikelola dengan baik maka hal tersebut bisa menjadikan masyarakat dan bangsa akan senantiasa damai dan stabil dalam segala lini kehidupannya. Buku ini menghadirkan hasil kajian menyoal komunikasi antarbudaya sebagai upaya membangun sikap egaliter dan harmoni sosial pada masyarakat multikultur dengan studi kasus tradisi Saling yang dilestarikan oleh masyarakat etnis Bali yang beragama Hindu dan masyarakat etnis Sasak yang beragama Islam di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Pembaca akan disajikan betapa indahnya proses dialektika antaragama dan tradisi Saling yang merepresentasikan bahwa agama merupakan ajaran normatif universal yang diakomodasikan dalam kebudayaan manusia tanpa harus kehilangan identitasnya masing-masing.
Tidak tersedia versi lain